Jumat, 29 Agustus 2014

Cara kami untuk saling menunjukkan rasa kasih sayang adalah dengan berbagi kebahagiaan saat salah satu diantara kami membutuhkan rona bahagia...
keahagiaan itu pula yang aku akan ceritakan hari ini, Menghabiskan separuh waktu bersama mereka.

Minggu, 27 Oktober 2013


Abidah Pelangi
 “Kamu terlambat pulang lagi mau jadi apa kamu ini ?
“Ada acara tadi diluar..
“perempuan macam apa kamu ini, pergi jam 7 pagi pulang jam 11 malam ?
“aku cape ga mau berdebat..
“terserah kamu saja kalau memang kamunya gak mau diurus lagi
    Huuuh capeee asli capeee harus melayani berpuluh puluh pelanggan malam ini, bolak bali dari tempat satu ketempat lainnya pulang malah dapat semburan dahsyat dari mama, mama mah ngga pernah ngertiin perasaan aku, maunya diikutin mulu, terserah aku dong mau ngapain akukan juga sudah gede,omelan dan keluhan demi keluhan keluar dari bibir dan hati membara penuh emosi, seakan ingin ikut tenggelam dalam waktu yang berjalan memutari lingkaran kehidupan, ingin selamanya menikmati hidup seperti ini saja dari pada harus tinggal dirumah papa bersama dengan ibu tiri yang pasti dimana-mana ibu tiri itu galak....
Keesokan harinya mama masih saja mengomel karena hal yang sama aku pulang jam 11 lewat membawa makanan favoritnya yang harganya lumayan mahal dan gak akan mama beli karena untuk makan sehari-hari saja mama dapat dari untung jualan nasi kuning, mama yang berdiri didepan pintu mematung denga mata berkaca-kaca aku yang duduk dikursi ruang tamu menatap wajah tua mama yang baru kusdari ia semakin tua dan aku tidak pernah sempat memperhatikan wajah mama yang sudah menjadikan aku wanita malam, aku tersenyum memberikan senyuman terhangat tapi sial mama masih saja memberikan senyuman sinis dan wajah yang penuh dengan gambaran yang jelas kalau dia sebenarnya marah anget dan kayanya kali ini aku bakalan dimakan mentah-mentah..
“Kamu dapat dari mana makanan ini ??
“Tuuuuuh kenna lagikan gue mama kalau mau makan yah makan kalau tidak ga usa banyak komentar deh..ini aku dapat dari temen ma
“anak ga tau diri..
Suara kaki mama begitu jelas masuk kedalaam selaput telingahku, menghentakkan dan menutup pintu dengan suara yang mungkin tetangga saja dengar kali yah, makanan yang kubawa tak kusentuh sedikitpun aku sudah meniatkan untuk mama karena aku yakin mama rindu makanan ini 4 tahun lalu semanjak mama memutuskan bercerai karena papa yang selingkuh dengan sekertarisnya akhirnya aku dan mama harus tinggal dirumah warisan mama yang sudah menua dimakan waktu, rayap dimana-mana dan juga semua perabot rumah sudah ketinggalan zaman
    Plaaaakkkkkk.....
Bener-bener seperti kesambar geledek gak ada hujan gak ada mendung romantis kok tiba-tiba ada pertir yang sangat jelas terdengar ditelinga bahkan terasa kesetrum dibagian pipi, menembus saraf-saraf akal sehatku perlahan aku membalikkan badan dan melihat kearah mama yang benar-benar sudah tak kuasa lagi menahan amarah yang mungkin saja baru terluap hari ini gelas yang berisi air putih berserakan di lantai bersama dengan pecahan-pecahan gelas.
“Anak kurang ajar..
“Mama nampar aku ?
“Ini ganjaran untuk anak gak tau diri kaya kamu kamu sekarang jadi kupu-kupu malam haa!!!
“Mama kok ngomongnya kaya gitu
“Terus mama harus bilang apa pelacur ?
“Mama
“Tetangga yang bilang sama mama kalau kamu sering keluar masuk tempat kotor
“ma
“mama lebih percaya tetangga kenapa keberatan ? gak usah kamu mengelak dan apalah mama sudah gak tahan lagi mama merasa gagal dan kamu semakin tidak bisa diatur tiap malam kamu bilang jalan
sama teman, jalan sama teman kok bawa makanan yang mahal-mahal dirumah apa itu belum cukup jelas
Aku takkuasa menahan gejolak rasa haru air mata tiba-tiba meleleh bak lilin yang terbakar api, pipi ini dibanjiri air mata, mama yang masih berdiri tegas dihadapanku tak cukup hanya membuatku tak bisa mengeluarkan satu kalimat lagi, bahkan menyuruku untuk keluar dari rumah, aku yang terbakar dengan keadaan berlari menuju kamar dan mengambil semua pakaianku lalu keluar, tanpa pamit aku berjalan berusaha tak menoleh kebelakang, mama yang masih berdiri juga tak mengeluarkan kata-kata.
****
5 bulan berlalu, surat rindu akan kukirimkan buat mama walaupun setiap hari aku datang untuk melihat mama dari kejauhan  disela-sela kesibukanku sudah sedikit membuatku lega karena dia sehat-sehat saja dan masih gesit, dia memang mama yang hebat
Mata tak mampu terpejam waktu menunjukkan pukul 02:00 hanya bisa memikirkan surat kecil, aku seperti sangat jatuh cinta dengan kata-kata dalam surat itu aku bahagia dan membacanya berulang-ulang tak sabar menunggu pagi dan menyuruh aura sahabat yang begitu baik memberiku tumpangan  dirumahnya selama 5 bulan mengantar surat ini kerumah.
“Auraa.....
“Iya kenapa ?
“Jadi nganterin surat
“Iya dong sahabatku
“Heheh makasih yaaah  oh iya tunggu reksi mama yah liat dia mukanya kaya gimana setelah baca surat itu
“Iya aku tau..
Hampir 1 jam aku menunggu aura datang rasanya lama sekali dia dirumah ibu mondar mandir kaya strika bercampur rasa cemas, tempat ini makin rame seiring dengan waktu, sumpek rasanya suasana mulai sunyi, tak kedengaran suara lagi kecuali suara dewasa yang sedari tadi menyebutkan nama, aku masih saja gelisa menoleh melihat kearah pintu mentari mulai terisak seolah tunjukan kesedihannya pada dunia, hujanpun meledak dilangit dan berhamburan ditanah dan itu tandanya aku sudah akan pupus menanti Aura
“Abidah pelangi
“Giliran namaku tapi kok aura belum datang-datang juga
Hujan dalam iringan musik galau menjadi temanku melangkah menuju panggung, air mata menjadi undangan kenangan 4 tahun lebih kuliah dipagi hari sebagai masa depanku dan bekerja sebagai pengantar makanan pada malam hari yang tak mengenal apa nama tempatnya maklum saja namanya juga Catring entah itu rumah pejabat,persiden,pesantren bahkan tempat para kupu-kupu malam semua dilayani tergantung peminat masakan restorant dimana aku bekerja, tak hanya bekerja di restorant aku juga menjadi jasa kurir, tukang cuci dan semua pekerjaan yang bisa menghasilkan uang halal.
untuk biaya kuliah kedokteran yang amat teramat mahal yang mungkin akan membuat mama jantungan dari iseng-iseng ikut test tiba-tiba lulus dengan nilai tertinggi dan mendapat biaya siswa, biaya siswa tidak mampu menjadi satu-satunya harapan yang pasti karena banyaknya keperluan dan harga buku yang mahal, aku gak berani buat jujur sama mama karena akan lebih membutnya terbebani walaupun aku salah membuat malu dan membuatnya merasa gagal dan pasti akan memporsir seluruh tenaganya untuk biaya kuliahku.
Dengan Memakai toga dan medali yang dipasangkan oleh guru besar sebagai lulusan kedoktern tak terasa lengkap tanpa kehadiran mama yang mungkin keriput diwajahnya makin menghiasi wajah cantiknya, dengan beberapa prosesi wisuda aku membalikkan badan dan melihat kearah pintu sebelum turun dari panggung impian aku terpana oleh jalan dan drama hujan yang sedang berlenggak-lenggok diluar sana matahari yang bersahabat menemani dengan iringan ketukan klasik di atap tubuh kurus ibu dengan wajah tua nan cantik bersama dengan tetesan air hujan dibaju bahkan dijilbab yang dia kenakan membuatku terpaku akan jalan, melayang dan akhirnya ratu hatiku tlah datang aku berlari menuju kearahnya bersujud dikakinya dan meminta maaf, seperti layaknya film romantis semua mata tertuju kearah kami dan waktu berhenti sejenak
mama sudah baca suratku ?
“iya sayang
“makasih ma..Mama gak marah lagi
“iya sayang Surat panggilan wisuda, udah menjadi hal yang mebuat mama bahagia sekaligus bersalah”.
Masa lalu adalah memori lampau yang mengukir sejarah dicerita akan datang, lagu galau akan tetap menjadi teman dalam gemuru hujan dari timur dan mengundang pelangi sebagai tamu spesial, pembuktian rasa cinta hujan, gerimis dan mendung romantis adalah bukti kuasaNYA yang menjadikanku ABIDAH PELANGI diskenoario kehidupan esok.